TAK
banyak yang tahu, ujung terjauh Bali di bagian barat bukanlah di
Gilimanuk, melainkan di Segara Rupek. Dalam peta Pulau Bali, lokasi
Segara Rupek ini tepat berada di ujung hidung Pulau Bali. Ini termasuk
wilayah Kabupaten Buleleng. Dari sinilah sesungguhnya jarak dekat antara
Bali dengan Jawa dan di sinilah secara historis menurut sumber-sumber
susastra-babad, kisah pemisahan Bali dengan Jawa dimulai, sehingga Bali
menjadi satu pulau yang utuh dan unik.
Kondisi
sarana, prasarana dan infrastruktur yang belum memadai demikian kiranya
turut pula mempengaruhi Segara Rupek tidak mendapat perhatian
semestinya, baik dari kalangan tokoh masyarakat Bali, bahkan juga dari
kalangan pemimpin di Bali. Di Segara Rupek hingga kini belum ada
pelinggih sebagai tonggak atas suratan sejarah, padahal lokasi ini
jelas-jelas menjadi babakan dan tonggak penting dalam sejarah Bali.
Berdasarkan
sumber susastra maupun berdasarkan keyakinan spiritual, saya menemukan
bahwa lokasi Segara Rupek sudah sepatutnya diperhatikan sekaligus
di-upahayu. Yang ada sejauh ini masih kurang layak. Menurut lontar Babad
Arya Bang Pinatih, Empu Sidi Mantra beryoga semadi memohon kerahayuan
seisi jagat kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Baruna Geni,
Danghyang Sidimantra dititahkan untuk menggoreskan tongkat beliau tiga
kali ke tanah, tepat di daerah ceking geting. Akibat goresan itu air
laut pun terguncang, bergerak membelah bumi maka daratan Bali dan tanah
Jawa yang semula satu itu pun terpisah oleh lautan, lautan itu dinamakan
Selat Bali.
Guna
lebih mempertebal rasa bakti sesuai dengan sumber susastra, dan ikut
juga mayadnya ngastitiang kerahayuan jagat Bali, bahkan seluruh wilayah
Indonesia maka: ngatahun awehana uti; nista, madya, utama ayu jawa
pulina mwang banten bali pulina suci linggih dewa, paripurna nusantara.
Artinya: setahun sekali dilakukan upacara pakelem, banten dirgayusa
bumi, tawur gentuh pada hari Anggara Umanis, Wuku Uye.Pujawali pura tersebut jatuh pada hari Purnama sasih Jiesta..
No comments:
Post a Comment