Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
Free Website Hosting

Friday, December 10, 2010

BENDESA MANIK MAS


BENDESA MANIK MAS
Dalam buku K.G.P. BENDESA MANIK MAS, disusun oleh Rsi Bintang Dhanu Manik Mas I.N. Djoni Gingsir, Penerbit: Yayasan Diah Tantri,
Pada halaman 90 jelas dinyatakan bahwa Ki Patih Wulung bergelar Kiyai Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas. Beliaulah yang mengembangkan keturunan yang sekarang disebut warga Bendesa Manik Mas. Ki Patih Wulung tiada lain adalah Mpu Jiwaksara (berganti gelar dan profesi karena perintah Maharaja Majapahit: Tribuwanattunggadewi melalui Gajahmada). Beliau adalah putra dari Mpu Wijaksara, datang di Bali dan membangun Pura Dasar Gelgel tahun 1189 S atau 1267 M. Jika dirunut lebih ke atas, akhirnya ketemu bahwa Kawitan warga Bendesa Manik Mas adalah Mpu Gnijaya. Jadi warga Bendesa Manik Mas adalah masuk dalam keluarga besar Pasek Sanak Sapta Rsi. Pura Kawitan semua warga Pasek Sanak Sapta Rsi adalah di Lempuyang Madya; pura-pura lain seperti di Tamanpule, Mas dll. statusnya sebenarnya Pamerajan Agung yang lingkupnya lebih sempit. Daripada bingung ke sana ke mari, lebih baik langsung ke Lempuyang Madya dan di Pedarman Pasek di Besakih atau dikenal sebagai stana Ratu Pasek. Di sanalah Ida Mpu Gnijaya distanakan.
Jangan berputus asa tentang kawitan. Memuja kawitan itu perlu karena meliputi tiga dari Pancasrada yaitu: Widhi Tattwa, Atma Tattwa, dan Punarbhawa. Sama seperti kita sekarang, bagaimana sakit hatinya jika anak kandung kita tidak mengakui kita sebagai ayahnya? atau tidak tahu bahwa kitalah ayahnya?
Kawitan berasal dari kata "Wit" artinya asal-usul. Bhisama leluhur yang dimuat di Prasasti antara lain berbunyi sbb.: (terjemahan)
....."tulah" hukumnya bagi orang-orang yang tidak tahu kawitan; bagi mereka yang demikian itu akan tertimpa kesusahan seperti "sabe asanak" (: berkelahi antar keluarga), "tanpegat agering" (:sakit terus menerus tanpa sebab yang jelas), "katemah dening bhuta kala dengen" (: diganggu pikiran yang tidak pernah tenang), "surud kawibawaan" (: tidak punya wibawa/ kharisma), "surud kawisesan" (: bodoh, malas dan kata-katanya tidak berarti), "kelangenan tan genah" (: hidup boros sehingga menjadi miskin), "sedina anangun yuda neng pomahan" (:tidak pernah rukun dengan anak-istri), "rame ing gawe kirang pangan" (: banyak kerjaan tetapi hasilnya kurang/ tidak memadai)

No comments:

Klik to Info :